Aku nikah akhir tahun 2010, Anak pertamaku lahir Februari 2012.. Jadi ada rentang waktu sekitar 14 bulan statusku baru jadi suami.. setelah anak pertamaku lahir, aku nambah status jadi suami bagi istriku, dan ayah bagi anakku. Excited banget deh pokoknya pas punya anak pertama. Mungkin kaya anak kecil dapat mainan baru ya hehe. Tapi berselang setiap dua tahun, aku mempunyai anak lagi.. hingga sekarang di tahun 2019 anakku sudah 4. 😀
Lalu apa bedanya dan apa yang mau diceritakan? Kali ini aku akan cerita tentang menjalani puasa sebagai seorang Ayah. Anak pertamaku sekarang udah kelas 1 SD dan usianya sudah 7 tahun lebih. Seperti aku dulu yang sudah mulai diajari untuk melaksanakan ibadah, maka di usianya yang sudah 7 tahun itu, aku juga sudah mulai rutin mengajak anakku untuk sholat dan tentunya di bulan ramadhan ini aku ajak pula untuk berpuasa.
Sebelum masuk bulan Ramadhan, anakku sangat excited mendengar kata puasa, apalagi denger nanti bisa dapat hadiah. Tapi setelah masuk Ramadhan dan puasa dimulai, kayanya anakku semangatnya menurun apalagi dtambah anak-anakku bergantian sakit. Mulai dari yang bayi, sampai kakak-kakaknya. Otomatis bulan puasa kali aku gak karuan juga hehe qodarullah.
Membiasakan anak untuk ibadah itu memang gampang-gampang susah. Tapi alhamdulillahnya, terbantu juga dari motivasi di sekolah karena anak sulungku sekolah di SDIT yang penekanan terhadap pengamalan ajaran Islamnya lebih besar dibanding di sekolah negeri. Ya.. namanya anak-anak ya, apalagi adik-adiknya masih belum puasa.. jadi dia merasa gak ada temannya di rumah. Mungkin dia ngerasa iri.. dia lagi haus, eh adik-adiknya asik minum. Pas dia lapar, eh adiknya makan roti wkwk. Belum jajan nya masih jalan juga.. otomatis deh tambah gak karuan. Yang ada gontok-gontokkan sama si sulung, antara mempertahankan agar si sulung tetap konsisten atau malah akhirnya nyerah dan membiarkan si sulung buka puasa sebelum waktunya.
Memang sih ya, anak-anak yang belum baligh itu kan belum wajib puasa. Tapi tentunya pembiasaan ibadah sejak dini itu sangat bagus untuk dilakukan oleh setiap orang tua agar si anak tidak kaget ketika nanti dewasa diwajibkan kepadanya segala macam ibadah. Mulai dari sholat, puasa dan lain-lainnya. Lalu gimana nih gaees.. ketika dalam kondisi seperti ini? Apakah kita akan mengedepankan rasa kasian pada anak ketika anak-anak merengek haus dan lapar sebelum waktunya berbuka. Atau tetap konsisten mengajak mereka untuk menyelesaikan puasanya.
Bagi Ayah yang baru memiliki anak 1 atau 2 mungkin bisa ya. Tapi bagiku itu sungguh sangat berat. Karena konsentrasiku buyar, antara membimbing si sulung untuk konsisten puasa sama ngasuh adik-adiknya juga. Alhasil seringkali aku emosi tak karuan wkwk. Ah aku anggap saja ini merupakan bagian cerita dalam hidupku. Aku memang sedang belajar untuk sabar dan tidak emosian, terutama ketika berpuasa. Tapi terkadang ada aja yang bikin aku naik darah dan duaar.. omelanku keluar sambil tak pelototin anak-anakku yang gak nurut satu persatu. Haha.. lumrah gak sih semua itu terjadi? Kayanyanya aku gak bisa deh sesempurna di artikel-artikel tentang parenting itu. Aku juga tahu si tentang teori jangan marah pada anak, jangan melampiaskan kekesalan pada anak, jangan teriak pada anak ketika marah, jangan melakukan kekerasan verbal dan fisik pada anak. Tapii.. apakah semua orangtua bisa ya dalam situasi-situasi tertentu untuk memenej hati dan pikirannya agar seperti orang tua yang lembuuut..dan tidak ada nada tinggi ketika melihat anaknya rewel, tantrum, nangis, berantem, bikin ulah, dan sikap lainnya yang itu bikin tensi kita naik hehe.
Aku sih terima aja kalau misalnya ada yang komen dan nyinyir. Koq bisa yaa teriak-teriak ke anak, atau ngomel-ngomel ke anak sampai suaranya keluar rumah itu kedengeran. Gak aku aja sih tapi kadang juga istriku xixi. Tapi sungguh, aku dan istriku tuh bukan tipe orangtua jahat yang kaya di berita-berita kriminal. Kita yaa.. kalau marah ke anak ya udah marah pas kesel aja. Kalau misal habis ngomel, ya udah kita baik lagi. Anak-anak habis itu angger minta apa-apa pasti sama kita lagi. Da kita ortunya ya? Masa kalau habis dimarahain terus anak kabur gitu atau nginep di rumah tetangga? haha.. korban nonton sinetron alay banget sih kaya gitu? Lagian.. tetangga juga pada ga mau pasti nampung anak-anakku yang kaya gitu xixi.
Nah di saat momen puasa ini, sebenarnya aku juga pengen nahan dan sabar untuk tidak emosi. Mudah-mudahan aku bisa jadi ayah yang soleh yaa.. yang kata-katanya selalu bijak, tutur katanya santun, tatapan matanya menyejukkan hati dan sangat sangat sabar serta penyayang, aamiin. ekspektasi nih.. mudah-mudahan anak-anakku juga mendukung aku untuk seperti itu. Jadi awas aja kalau kalian macam-macam hahaha.
 sumber gambar: https://asset.kompas.com/crop/0x560:1000×1226/750×500/data/photo/2017/10/04/2141207776.jpg