Seneng banget melihat perkembangan si buah hati, apalagi ketika usianya bertambah besar. Ia semakin aktif, berjalan, berlari kesana kemari, melompat, berguling dan berbagai macam tingkah lakunya kadang bikin gemes, tapi juga suka bikin tertawa. Pada dasarnya anak-anak berperilaku aktif itu wajar. Terkadang anak-anak selalu ingin mencoba hal yang baru, dan ternyata hal tersebut merupakan bagian dari tumbuh kembang si kecil yang harus kita bimbing dan dukung agar tumbuh kembangnya berjalan optimal.
Jika tingkah laku aktif anak-anak bisa dianggap sebuah sesuatu hal yang wajar. Lalu bagaimana dengan anak-anak yang biasa disebut dengan anak hiperaktif? Dan apakah anak hiperaktif itu perlu diatasi?
Sahabat papapz.com, Anak hiperaktif adalah anak yang memiliki gangguan tingkah laku yang disebabkan karena adanya ketidaknormalan dalam perkembangan otaknya. Hiperaktif dikenal juga dengan sebutan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan di kepala, misalnya karena terjatuh atau terbentur dengan keras, gegar otak, pengaruh lingkungan, dan tempramen bawaan sejak anak lahir. Dalam hal ini, perilaku anak akan sangat aktif hingga melewati batas kewajaran. Dan, biasanya ia tidak mampu mengontrol emosi dan aktivitas geraknya.
Anak-anak hiperaktif umumnya cenderung tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya. Mereka cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Terkadang, perkembangan bahasa dan motoriknya juga terlambat. Mereka mudah terangsang, perhatiannya gampang teralihkan, tidak tahan frustasi, dan kurang dapat mengontrol diri. Suasana hatinya juga amat labil, sebentar gembira, sebentar marah dan semacamnya.
Selain itu, anak hiperaktif biasanya juga tidak mampu mengontrol gerakannya sendiri. Mereka tidak bisa duduk dengan tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduknya. Sepertinya mereka tidak kenal lelah dan energinya seakan bersumber dari mesin. Kalau anak lain diam karena kelelahan sehabis berlarian, anak hiperaktif biasanya cuma minum untuk melepas rasa hausnya lalu bergerak lagi. Mulutnya tidak pernah bisa diam dan terus saja berkicau. Daya konsentrasinya rendah dan seolah-olah tidak mau mendengarkan perkataan orang tua. Pada intinya, anak hiperakktif ini bisa dikatakan kelebihan energi dan tidak bisa diam. Umumnya, anak yang hiperaktif baru bisa terdeteksi setelah berusia 4 tahun atau usia awal sekolah.
Namun, Anda tidak perlu khawatir dengan anak yang hiperaktif apalagi beranggapan bahwa perilaku tersebut harus diatasi. Anak yang hiperaktif tidak perlu diatasi, melainkan harus disalurkan ke hal lain yang lebih positif. Justru Anda harus berbangga karena anak-anak seperti ini, umumnya, mempunyai stamina yang kuat, baik secara fisik maupun kemampuan berpikir. Jadi, mengatasi anak yang hiperaktif sama saja dengan melumpuhkan kemampuan yang sangat luar biasa pada anak.
Orang tua sebaiknya juga harus cerdas dalam memasukakan anak ke sekolah. Sebab, pilihan sekolah akan menentukan perkembangan sifatnya di kemudian hari. Untuk itu, sesuaikan pilihan sekolah dengan bakat dan minatnya. Misalnya, pilihlah sekolah alam karena lebih cocok dengan karakternya. Suatu saat nanti anak juga lebih tepat berkarir di luar ruangan.
Selain itu, pastikan bahwa anak mendapatkan kegiatan tambahan. Dengan cara ini, anak akan punya sebuah tempat yang bisa digunakan untuk melampiaskan energi hiperaktifnya tersebut. Misalnya, Anda bisa menyalurkan energi anak yang berlebihan tersebut dengan mengikutsertakannya kegiatan ekstrakulikuler yang memiliki banyak kegiatan di luar ruangan, misalnya bermain basket, berenang, bela diri, dan lain sebagainya.
Artinya, anak hiperaktif tidak berarti harus dilarang atau tidak boleh melakukan hal yang demikian itu. Akan tetapi, orang tua juga tidak boleh membiarkan hal tersebut begitu saja. Sebaliknya, salurkan energi anak ke hal-hal yang lebih positif.
Beberapa kegiatan tambahan tersebut tentunya membutuhkan kerja keras dan tantangan luar biasa, sehingga Anda bisa membuat anak menjadi lebih percaya diri dan semakin baik prestasinya di kemudian hari. Di samping itu, cara ini juga bisa mencegah mereka untuk melampiaskan energi hiperaktifnya ke hal-hal yang negatif dan bisa merusak masa depannya. Jangan sekali-kali memberikan “label” anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas, bodoh. Sebab, mereka akan bersikap seperti label yang diberikan kepadanya tersebut.
Sumber: Tanya Jawab Parenting – Bunda Novi
gambar dari: http://anakhiperaktif.com/wp-content/uploads/2013/06/Anak-Hiperaktiv-Gangguan-Hiperkinetik.jpg