Di sekolahnya Arfa, Papap suka merhatiin temen-temen satu kelasnya. Papap tahu mana anak yang kalem, aktif dan super aktif. Walau kebanyakan anak-anak usia 3-5 tahun itu merupakan anak yang aktif (kalau gak aktif malah curiga ya?:D) tapi sering kita dapati anak yang beda sendiri, misal lebih banyak keluar kelas sendiri, suka ke kantin buat jajan padahal belum istirahat wkwk, tidak bisa diam, sama orang yang tidak kenal juga berani, ketika berkunjung ke rumah kemarin ada anak-anak yang langsung selonong aja terus langsung ngambil mainan-mainan arfa, ngacak-ngacak dsb. Hehe.. namanya anak-anak karakternya beda-beda ya ^^
Sebenarnya papap kurang setuju jika anak-anak disebut sebagai anak yang nakal. Karena pola pikir anak usia 3-5 tahun kan belum sedewasa kita. Kadang dikasi tahu suka ngeyel, dikasi peringatan keras juga gak bisa..bisa jadi anak berontak dan mungkin tambah tantrum. Yah..kita katakan saja anak yang gak mau diem itu si super aktif.
Anak yang super aktif biasanya rasa ingin tahunya besar. Nah, kita jangan selalu menyalahkan si kecil lho. Karena pola asuh pada si kecil juga berpengaruh pada sikapnya. Bisa saja selain aktif, anak ini memang manja dan keinginannya selalu saja dituruti. Jadi dia tidak pernah belajar mengatur dirinya bahwa tidak semua rasa ingin tahunya dapat diwujudkan. Misal, dengan mengacak-ngacak barang orang lain, atau mengambil makanan dan mainan teman satu kelasnya.
Mungkin sebagian orangtua yang kesal dengan tingkah polah anak yang super aktif itu bertindak berlebihan dengan cara mengurungnya saja di rumah, biar dia tidak keluar rumah sembarangan, masuk rumah tetangga tanpa izin, dll. Tapi tindakan seperti ini sama sekali tidak tepat, sebab keingintahuannya semakin dikekang dan anak bisa saja menjadi stress di rumah.
Agar si kecil belajar lebih tertib, tidak mengacak-ngacak barang milik orang lain dan juga tingkah laku super aktif lainnya. Orantua bisa melatihnya di rumah. Mau tidak mau Ibu adalah orang pertama yang bisa melatih anak, karena kebanyakan ibu berada di rumah kecuali jika ibu bekerja mungkin nanti bisa mendelegasikannya kepada pengasuh.
Cara melatih anak super aktif adalah dengan mengajarkan mana benda-benda yang boleh dia acak-acak dan mana yang tidak. Misal di dapur, ada lemari dan laci yang boleh dia bongkar (isi dengan mainan dan alat rumah tangga yang tidak mudah pecah, tidak tajam). Ketika dia ikut ibunya di dapur, dia boleh membongkar lemari dan laci tertentu, namun dilarang membongkar lemari atau laci yang lain. Katakan, Ibu sudah memberi bagian yang boleh dia bongkar dan benda-benda di lemari yang lain tidak boleh dibongkar. Di ruang lain, siapkan kotak berisi barang-barang yang boleh dia bongkar dan larang anak ketika dia membongkar kotak yang lainnya.
Pada intinya, anak diberi kebebasan membongkar atau mengacak-acak, tapi dia belajar mengendalikan diri, tidak semua lemari dia bongkar dan hal ini dimulai dengan pembiasaan di rumah. Anggota keluarga lain, termasuk pengasuh wajib mendukung aturan yang sudah Ibu terapkan pada anakΒ agar kebiasaan ini berhasil.
Dan ketika pergi ke rumah orang lain, cegah anak saat dia mau membuka lemari atau mengacak-acak barang. Berikan kesibukan lain, contoh dengan memberikan mainan lain dan mengajaknya memainkan mainan tersebut. Dan kita bisa terapkan latihan ini kepada anak secara konsisten selama 2-3 bulan lalu kita lihat bagaimana hasilnya.
Nah, demikianlah sedikit langkah dalam menghadapi si kecil yang super aktif, yang gak mau diem, yang suka ngacak-ngacak barang dll. Hihi.. jadi orangtua memang harus sabar ya ^^
Semoga bermanfaat π
Sumber: nakita
mengatakan pada anak dengan perkataan yg lembut dan sabar menurut saya itu juga salah satu cara yg efektif mengatasi anak yg super aktif
menjadi orang tua memang harus ekstra sabar π
Yap! Mencegah, terus alihin perhatiannya, bukan dilarang, karena semakin dilarang akan semakin besar rasa inginnya, thanks for sharing btw.
Salam,
Aci
sama-sama π setujuuu ^^