Terkadang orang tua sering kalah dengan tangisan si kecil. Terutama ketika orang tua melarang sesuatu yang anak inginkan, akhirnya anak menjadikan tangisan menjadi senjata terakhir dan akhirnya menjadi senjata utama. Memang, seringkali orang tua tidak ingin anak terus menangis dan merengek apalagi jika di depan umum biasanya orang tua akan malu dan berusaha menghentikan tangisan si kecil dengan menuruti semua keinginannya. Padahal efeknya tidak baik lho! Sebab, jika hal ini bisa menjadikan si kecil mendapatkan keinginannya maka sudah pasti si kecil akan mengulanginya lagi, dan lagi. Untuk itu, orang tua harus berusaha menghentikan kebiasaan buruk tersebut tidak diulang oleh si kecil dan sebelum hal itu akan merepotkan Anda di kemudian hari.
Sebenarnya orang tua tidak perlu untuk memenuhi setiap keinginan anak, jika memang dirasa belum penting dan belum saatnya. Tidak perlu kita terlalu memanjakan anak sehingga anak menjadi egois dan setiap keinginannya harus dipenuhi segera oleh orang tuanya. Kita bisa katakan dengan baik kepada anak bahwa keinginannya belum bisa dipenuhi sekarang. Jika keinginan mereka masuk akal namun Anda juga belum bisa segera mengabulkannya maka jelaskan pada anak kapan Anda bisa mengabulkan permintaannya itu. Jika anak merespon dengan tangisan, Anda harus tetap tenang dan jangan sampai terpancing untuk mengabulkan. Dengan sabar, katakan Anda belum bisa memenuhi permintaannya sekarang. Biarkan anak menangis sampai akhirnya diam dengan sendirinya.
Saat emosi anak sudah turun, berikan sambutan positif pada anak. Peluk mereka dan katakan bahwa mereka anak yang hebat dan baik. Dengan cara ini, anak juga akan belajar untuk mengendalikan diri dan memahami makna mana perilaku yang baik dan mana yang tidak. Setelah itu, katakan dengan lembut pada anak bahwa Anda benar-benar belum bisa mengabulkannya. Jadi, Anda harus konsisten dan tidak mudah luluh oleh tangisannya. Jika suatu ketika anak mengulangi perbuatannya tersebut, maka ulangi cara yang sama dan konsisten untuk menghadapinya.
Jangan pernah memiliki anggapan bahwa semua keinginan anak harus selalu dipenuhi agar anak tidak kecewa dan menilai Anda sebagai orang tua yang pelit, jahat dan sebagainya. Justru di usia kecil, anak perlu mempunyai pengalaman bahwa belum tentu setiap keinginannya dipenuhi dan berikan alasan yang masuk akal. Pengalaman-pengalaman semacam ini akan menjadikannya sebagai anak yang tidak mudah menyerah ketika dihadapkan pada situasi yang sulit.
Cara ini memang susah untuk dipraktikkan, apalagi jika Anda sampai beranggapan bahwa Anda merasa sebagai orang tua yang kejam karena membiarkan anak menangis dan berteriak-teriak seperti itu. Tidak! Anda tidak kejam, karena ini menyangkut masalah ketegasan dan konsistensi Anda sebagai orang tua dalam mendidik anak. Membiarkan anak menangis dalam hal ini bukan berarti Anda tidak sayang dan tidak peduli, tapi justru sebaliknya. Nah, dengan sikap yang tegas dan konsisten, lama kelamaan anak akan memahami bahwa menangis untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan bukanlah sebuah solsi yang tepat. Inilah yang sesungguhnya ingin ditanamkan ke dalam diri anak.
Selain itu, Anda juga tidak boleh melemahkan atau memberikan label yang buruk kepada anak. Misalnya Anda menyebutnya sebagai “anak cengeng” atau berbicara dengan nada mengancam “Nanti kamu tidak akan Papap ajak lagi jalan-jalan” dan sebagainya. Karena hal yang demikian justru akan memperburuk keadaan dan tidak akan bisa mengubah pola hidup anak seperti di atas tadi.
Demikian artikel mengenai kapan dan bagaimana cara mengatasi anak yang menjadikan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya. Semoga anak-anak kita menjadi anak yang soleh dan soleha dan nurut kepada orang tuanya aamiin.
Sumber: Tanya Jawab seputar Parenting – Bunda Novi.
Gambar: http://asset.tabloidnova.com/media/article_image/cover/original/71621-dampak-psikologis-sering-biarkan-anak-ngambek-sampai-menangis.jpg