Memiliki buah hati, memang selalu mendatangkan kebahagiaan. Anak, seakan menjadi perhiasan kecil yang sangat indah dan mahal harganya. Namun, dibalik itu semua ternyata anak selain menjadi perhiasan sekaligus menjadi ujian juga bagi orang tuanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Q.S. Al Kahfi: 46)
Ya, tentu saja, anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Betapa jiwa kita merasa bahagia menyaksikan mereka dan hatipun bergembira saat bercanda ria dengan mereka.
Namun waspadalah, sebab anak adalah fitnah (ujian).
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Wahai para orang tua, janganlah terpedaya!
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia menjadi angkuh dan berbangga diri karena anaknya, merasa paling tinggi dari orang lain. Ia sombong dan takabbur, bahkan merendahkan orang lain dan berlaku aniaya. Maka hal itu hanya mengantarkannya ke neraka.
Mari simak firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikut:
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”. Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).(Q.S. Saba’: 34-37)
Anak, kerap kali mendorong Ayah untuk menghalalkan usaha yang haram. Demi masa depan anak katanya ….
Iapun berusaha keras mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, dengan segala cara, sekalipun ia harus mendzalimi yang lemah, memusuhi manusia atau memutus silaturrahim.
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi kikir dan penakut. Saat ia ingin bersedekah, setan datang kepadanya seraya berkata, “Anakmu tadi minta ini dan itu! Maka demi anaknya, iapun urung menginfakkan hartanya di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal yang diminta oleh anaknya bukanlah suatu kebutuhan primer!
Benarlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam:
“Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (Diriwayatkan oleh Al Hakim)
Ketika ia harus mengatakan kalimat yang hak, ia berpikir dua kali. Ia takut petaka akan menimpa dirinya dan anak kesayangannya. Iapun memilih diam daripada menyampaikan kebenaran.
Ketika anak jatuh sakit, rasa iba mendorong orang tua bertindak bodoh, melanggar syari’at agama dengan ucapan maupun perbuatannya, menggugat takdir Allah dan tidak menerima ketetapan-Nya. Iapun membawa anaknya ke dukun padahal Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam melarang perbuatan itu.
Yang lebih parah lagi, ada pula anak yang mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran, wallahul musta’an.
Perhatikanlah orang yang tertipu disebabkan anak-anaknya dan tidak mensyukuri nikmat Allah! Ia adalah seorang kafir Makkah bernama Khalid bin Mughirah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata tentangnya:
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan.” (Q.S Al Mudattsir 11-17)
Dia adalah lelaki yang dikaruniai anak-anak dan Allah menjadikan ia selalu bersama mereka. Ia tak perlu pergi jauh berpisah dari mereka untuk mengais rizki. Bahkan rizkilah yang mengelilinginya. Dan anak-anaknya senantiasa berada di sisinya menjadi hiburan baginya. Walau demikian, ia tidak mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahkan dibalasnya dengan kekufuran.
Akibatnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.(Q.S Al Mudattsir 26-29)
Lalu bagaimana caranya agar kita terhindar dari fitnah (godaan) ini?
Jadikanlah cinta pertama kita untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadikan manusia yang paling kita cintai adalah Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam mengurus neraka.
Rasulullah Shalallahu’alaihissalam mengajarkan bahwa diantara perkara yang dapat menghapus keburukan akibat godaan anak adalah mengerjakan sholat, puasa dan beramar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam bersabda:
“Gangguan menimpa seseorang disebabkan keluarga, harta, anak, diri dan tetangganya dapat dihapus oleh puasa, shalat, sedekah dan amar ma’ruf nahi munkar.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Wallahu a’lam bish shawab.
Dengan anak kita menjadi sombong atau mensyukurinya. Kita yg harus memilihnya ya om.
yups.. jangan sampai terlena hehe
Anak, bisa menjadi surga atau neraka. Kadang orang tua telah mendidik dengan benar tapi karena lingkungan dan pergaulan, anak akan menjadi liar, cuma ‘jago kandang’ dirumah imut-imut tapi diluar amit-amit.
***thanks, tulisannya menarik sekali.
hehe iya makanya harus super aktif untuk memantau perkembangan anak, tapi tidak dengan over protektif juga ^^