10

Cara Mendapatkan Jodoh Tanpa Pacaran

Istilah “Jodoh di tangan Tuhan” itu memang benar adanya. Tapi mengapa banyak sekali orang mengeluh belum mendapatkan jodoh bahkan hingga di usia yang tidak muda lagi? Memang masalah jodoh ini sudah diatur dalam suratan takdir semenjak kita belum lahir, tapi pada realitanya kita pun harus berusaha agar jodoh kita tersebut segera hadir dalam kehidupan kita. Apalagi bagi anda yang memang sudah pengen cepet nikah, tapi terkendala dengan masalah jodoh yang tak kunjung datang ini. Usaha mendapatkan jodoh ini harus semakin ditingkatkan. Lalu bagaimana sih caranya?

Bagi sebagian banyak orang, usaha mendapatkan jodoh mereka lakukan dengan berpacaran terlebih dahulu. Walaupun sebenarnya survei telah membuktikan, bahwa tidak semua orang yang berpacaran akan berakhir ke pelaminan. Jadi apakah ada cara selain berpacaran untuk mendapatkan jodoh?

Dalam Islam, sebenarnya proses menuju ke pernikahan ini sudah ditentukan tahapannya.  Proses itu antara lain, Ta’aruf (Perkenalan), Nadzor (Melihat calon pasangan), Khitbah (Melamar/Meminang) dan Akad Nikah plus Walimah. Jadi sebenarnya gak ada tuh istilah pacaran islami, karena pada kenyataannya pacaran itu adalah salah satu gerbang menuju perzinahan. Maaf ya tulisan ini bermuatan anti pacaran hehe.

Nah, sebagai awal dari rangkaian proses tersebut kita mulai dengan ta’aruf terlebih dulu. Ta’aruf sering diartikan ‘perkenalan’, kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta’aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses lamaran dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta’aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Kalau cocok ya dilanjut, kalau gak ya langsung “loe + gue = end” hehe. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat sedang ta’aruf?

  1. Keadaan Keluarga. Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
  2. Harapan dan Prinsip Hidup. Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah pemimpin dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tahu harapan dan prinsip hidup masing-masing.
  3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai. Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya.
  4. Ketakwaan Calon Pasangan. Apa yang terpenting pada saat ta’aruf? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan si calon tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala lho. Gimana dong caranya untuk melihat si calon itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain.

Dan hal penting yang harus diingat adalah bahwa ta’aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah (Melamar). Jadi disini jelas beda dengan pacaran yang pada praktiknya sudah banyak menjurus kepada perzinahan. Ta’aruf dilakukan ketika anda sudah benar-benar siap menikah. Siap disini bukan hanya dinilai dari kesiapan fisik dan finansial semata, tapi juga ilmu dan mental anda.

Nah, mungkin yang jadi masalah adalah dengan siapa kita akan ta’aruf? Apalagi kalau anda adalah tipe manusia pemalu yang tidak memiliki banyak teman. Mungkin akan susah untuk mencari jodoh. Makanya mungkin di kita sering dikenal ada istilah penghubung atau comblang. Kalau di lingkungan saya biasanya seseorang yang sudah siap menikah akan menanyakan kepada ustadz atau teman pengajian apakah mereka mengetahui ada wanita yang mereka kenal, baik itu anak perempuan, saudara (adik, kakak, keponakan, ipar dll) yang masih lajang/janda yang juga telah siap menikah. Nah, apabila ada maka proses ta’aruf pun bisa dilakukan. Dan apabila nanti kedua-duanya merasa cocok, maka proses bisa dilakukan kepada proses nazhar (melihat) dan setelah kedua calon pasangan ini sama-sama melihat dan cocok juga, maka akan diteruskan pada proses khitbah (lamaran). Pada proses khitbah ini biasanya nanti akan disepakati tanggal akada nikah dan walimahannya.

Mudah bukan? Insya allah dengan cara ini pernikahan kita akan lebih berkah karena dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Mungkin bagi anda yang baru tahu tentang ini akan merasakan aneh dan janggal. Atau malah akan pesimis? hehe. Semoga yang belum mendapatkan jodoh, bisa lebih dimudahkan dan diberikan jodoh yang baik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Aamiin.

NB: Banyak mungkin yang mengatakan bahwa salah satu poin yang harus ada sebelum menikah adalah adanya rasa cinta. Nah, kalau prosesnya seperti diatas apakah disana akan tercipta rasa cinta dengan cepatnya rangkaian proses tersebut? Nah disinilah poin pentingnya sebenarnya. Memang komitmen yang kuat akan bermain disini. Standarisasi yang ada dalam proses nikah tanpa pacaran ini memang bukan hanya sekedar cinta yang semu. Susah juga sih menjelaskannya hehe. Tapi saya jamin walau tidak 100% setiap pasangan yang menjalani pernikahan dengan proses ini akan sukses dan bahagia namun kembali kita tidak pernah menyalahkan sebuah proses tapi individunya itu sendiri yang patut introspeksi diri jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ^^

– Point-point ta’aruf mengambil dari blog kartino.

papapz

Kang Ian a.k.a Papap. Sudah lama jadi blogger, ingin jadi parenting blogger tapi selalu sok sibuk. Ujung-ujungnya malah curhat di blog :P

10 Comments

  1. Kalau pd proses nazhar/ melihat itu ap sj yng bisa dlihat? Apa bdany dg melihat saat taaruf?

  2. om papz, yang bener tuh taaruf dulu atau khitbah dulu sih? soalnya saya baca di buku #UdahPutusinAja itu khitbah dulu, bilang ke ortunya. kalo setuju, lanjut ke taaruf.

    yang bener yang mana om? *serius nanya* *masih awam*

    • taaruf dulu kan perkenalan baru setelah melihatnya dan cocok baru deh khitbah (meminang) hehe ..

        • ya hendaknya ditemani oleh masing-masing yang menjadi mahramnya intinya hanya untuk mengenal saja..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *